MUNGKIN BELUM WAKTUNYA KITA DITAKDIRKAN BERSAMA
"Mulailah mengikhlaskan dan memasrahkan jika ikhtiar dan doa sudah
digencarkan sebagaimana mestinya."
Aku terus mencari, berjuang untuk menemukanmu
segera. Sebab, aku merasa cukup dalam sepi sendiri. Bukan niatku hanya untuk
meramaikan kesepianku. Tetapi, untuk menggenapkan separuhku, yang terbang tak
seimbang tanpamu. Sebab, bagiku kau adalah sayap kiriku yang dulu pernah
patah dan hilang. Kini, mungkin waktunya kau kembali rekat ditubuhku.
Menemaniku menikmati hidup. Terbang bersamaku mengelilingi dunia. Kau adalah
bagian dari diriku.
Aku mulai bertualang mencarimu. Berharap
menemukanmu di waktu yang tepat. Mungkin bukan perkara waktu. Tetapi, perkara
remuk-redam imanku berjuang menjaga kesucian diri untuk dirimu, kelak. Aku
benar-benar menjaganya. Sebab, aku tahu bahwa kamu juga menginginkannya di
waktu yang tepat--waktu yang menghalalkan kita untuk saling memiliki rasa.
Kau tahu, iman itu naik-turun, bukan? Maka, aku
butuh kamu untuk selalu mengingatkanku tatkala
imanku berada di titik terendah. Aku ingin kau ada dan kemudian melesatkan
imanku naik kembali kepada titik yang diharapkan.
Namun, pencarianku yang penuh ikhtiar dan doa
belum juga memperlihatkan hasilnya. Aku tetap saja sendiri. Tanpa ada yang
kubawa pulang. Masih saja terbang tak seimbang. Masih saja separuh, tak utuh.
Ah, mungkin belum waktunya kita lekas ditakdirkan bersama. Barangkali esok
hari, lusa, atau di waktu yang lain. Aku bukan menyerah, hanya menyerahkan
segala hasil pada kuasa-Nya.
Memang, ada kalanya sebongkah hati tak mampu untuk terus tegar. Saat
kamu meminta berkali-kali, ditolak berkali-kali pun kamu rasakan. Penolakan
pada akhirnya membuatmu mengurungkan niat untuk meminta bantuan saudarimu lagi.
Kamu terus saja berjalan sendirian. Barangkali, jika bukan sebab rasa cinta
karena-Nya, jika tak mengingat ukhuwah yang pernah bersemai indah, mungkin bisa
saja diri berburuk sangka dan akan 'menghukum' mereka saat mereka berbalik
membutuhkan bantuan. Usahakanlah untuk sibuk berbaik sangka, wahai diri. Tetaplah menerima meski dirimu ditolak berulangkali. Sebab dendam itu ucap
gurunda Salim A Fillah adalah seperti menenggak racun sendiri lalu berharap
orang lain mati. Memaafkan adalah penawarnya. Semoga kita tak melulu sibuk
memikirkan urusan sendiri, hingga kita bisa bersenantiasa membantu sesama dan
meringankan beban saudari kita.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang biasa membantu hajat saudaranya, maka Allah akan senantiasa menolongnya dalam hajatnya.” (HR. Bukhari no. 6951 dan Muslim no. 2580)
Posting Komentar untuk "MUNGKIN BELUM WAKTUNYA KITA DITAKDIRKAN BERSAMA"
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya